Mengeluh di Media Sosial Itu Tidak Bermanfaat Sama Sekali, 5 Alasan Ini Buktinya

Mungkin masih ada di antara kamu yang hingga kini sibuk mengeluh di media sosial gara-gara kereta yang datang terlambat tadi pagi, atau sekadar kesal karena si bos ngasih tugas yang tumpang tindih. Boleh-boleh saja sih girls, kalau kamu melakukan hal itu agar rasa dongkolmu terlepas dan melegakan batinmu. Cuma, jika kamu terus-terusan bertindak seperti itu tanpa mengenal waktu dan tempat, sepertinya hal itu hanya akan membuang waktumu dan gak memberikan impact positif terhadap dirimu sendiri, deh.

Bisa jadi, yang terjadi malah kamu akan dianggap menyebalkan dan “nyampah” apabila kamu terbiasa untuk sedikit-sedikit mengeluh, yang apalagi di media sosial. Kalau gak percaya, ada 5 alasan nih yang menjadi bukti kalau mengeluh di media sosial itu sungguh tiada guna. Sila disimak!

1. Mengeluh itu bukan solusi penyelesaian masalah, tetapi hanya reaksi sebuah gejala

Via Freepik.com

Ketika kamu merasa kecewa akan suatu hal, misalnya saja kecewa pada rekan bisnismu ketika hendak membuat strategi bisnis yang sedang kalian jalankan, namun ternyata ia gak satu visi denganmu, lalu kamu dengan perasaan kesal lantas mengeluh di media sosial tentang masalahmu itu. Sebenarnya, yang kamu lakukan itu bukanlah upaya menyelesaikan masalah, girls. Melainkan hanya reaktif dari perasaan kesalmu yang mungkin saja hanya terbit sementara.

Bisa saja, dalam beberapa menit atau jam, perasaan marahmu itu sirna dengan sendirinya. Barulah kamu menyadari bahwa apa yang kamu lakukan itu hanyalah sia-sia belaka. Lalu, kamu segera menghapus unggahan kekesalanmu itu karena baru merasa bahwa apa yang sedang kamu lakukan itu hanyalah perbuatan yang tiada guna. Sayangnya, keluhan yang kamu unggah di media sosial itu sudah keburu dibaca orang lain dan terlanjur memperburuk image kamu di benak banyak orang tanpa kamu sadari.

Mengeluh itu boleh-boleh saja dilakukan jika hanya berhenti di dalam hati, bukan dilepaskan melalui media sosial yang tentunya hanya akan membuang-buang waktumu saja. Sebab, sesungguhnya waktumu untuk mengeluh itu bisa kamu gunakan untuk mencari solusi menyelesaikan masalahmu, bukan malah kamu buang hanya untuk mengeluh, yang apalagi di media sosial.

2. Mengeluh itu merusak kesehatan mental, jadi mengeluh gak akan membuat perasaanmu lebih tenang

Girls, jujur deh, sebenarnya apa sih yang kamu rasakan setelah kamu menyampaikan keluhanmu di media sosial? Apakah seketika kamu mendapatkan ketenangan atau perasaan yang lebih baik? Atau kamu malah merasa semakin was-was apabila ada seseorang yang mengetahui keluhanmu dan melaporkannya kepada pihak yang kamu keluhkan? Atau bisa jadi yang kamu khawatirkan adalah respon para pengikutmu di media sosial yang akan terganggu oleh unggahan tentang keluhanmu itu, lantas kamu cemas kalau saja mereka malah unfollow akunmu hanya karena kamu dianggap “nyampah” melulu?

Nah, dari segala kerisauan di atas kita bisa berpikir bahwa mengeluh di media sosial hanya akan membuat pikiran kita sibuk berasumsi macam-macam, yang ujung-ujungnya malah cuma menghabiskan waktu dan merusak energi positifmu. Bahkan, berdasarkan penelitian dari Stanford University yang dikutip oleh laman Fast Company, mengeluh setiap hari selama setengah jam akan merusak otak seseorang. Selain itu, baik orang yang mengeluh maupun orang yang mendengarkan keluhan itu, sama-sama akan mengalami paparan negatif yang dipantulkan oleh neuron di hippocampus, yang merupakan bagian otak tempat memproses informasi dari luar dan mengirimnya ke bagian otak yang lain untuk disimpan, termasuk memori dan emosi, yang juga digunakan sebagai pemecah masalah dan fungsi kognitif dalam tubuh seseorang. Dengan kata lain, jika bagian otak tersebut terkena paparan negatif, maka segala fungsi yang ada akan menjadi rusak atau malah menjadi keterbalikannya.

[su_box title=”Editor’s Pick:”]

[/su_box]

3. Keluhan di media sosial gak akan membuatmu terbantu menyelesaikan masalah

Via Freepik.com

Ketika kamu merasa kecewa kepada seseorang atau perusahaan tempatmu bekerja, kemudian kamu membicarakannya di media sosial tentang hal-hal yang gak kamu sukai dari mereka, belum tentu orang-orang yang membaca keluhanmu itu akan serta-merta membantumu, girls. Mereka bisa saja memberi respon atau sekadar dukungan emosional, tapi setelah itu mereka akan pergi meninggalkanmu dan melanjutkan kehidupannya masing-masing. Sebab itulah, mengeluh di media sosial itu  hanya membuang waktumu saja. Belum lagi, ketika kamu membicarakan keburukan seseorang atau suatu hal di media sosial, kamu malah akan mendapat nasihat untuk bersabar ketika kamu sangat susah menahan emosimu. Tentunya, saran itu gak cukup membantumu, bukan?

Akan lebih baik, jika kamu gunakan waktumu untuk mencari cara untuk menyampaikan keluhanmu itu secara langsung kepada seseorang atau suatu hal yang kamu keluhkan karenanya. Rasanya, mengeluhkan kekecewaanmu kepada orangnya langsung akan lebih efisien dan tepat sasaran, deh. Tapi, sampaikan keluhanmu secara profesional, ya. Gak perlu pakai nada marah, kesal, atau mimik muka yang disedih-sedihkan. Baiknya, kamu harus tetap terlihat stay cool, ketika mengutarakan pendapatmu agar gak dicap sebagai drama queen!

4. Orang yang terpapar keluhanmu di media sosial akan terserang energi negatif, kamulah pemilik energi negatif itu

Mengeluh itu sering diindetikkan dengan perbuatan yang gak bermanfaat dan cenderung negatif, girls. Maka, ketika kamu mengeluarkan segala keluhanmu di media sosial sesuka hati, itu artinya kamu juga telah menyebarkan perbuatan negatif dan memantulkan energi negatifnya kepada mereka yang membaca atau menyimak keluhanmu itu. Orang yang gemar mengeluh akan dianggap gak bahagia, sebab ia selalu melepaskan gagasannya yang menunjukkan kekecewaan dan kekesalannya yang menandakan bahwa ia sedang gak bersenang hati. Lagi-lagi nih, kamu gak mau kan kalau dianggap sebagai drama queen yang kerap menyebarkan energi negatif ke banyak orang?

Akan berbeda hasilnya jika kamu berani membuktikan bahwa kamu bisa menaklukkan kekecewaanmu dengan berkarya. Melampiaskan kemarahanmu melalui karya sepertinya akan lebih efisien dan membuatmu dianggap sebagai orang yang lebih produktif, ketimbang seperti anak kecil yang senang mencari perhatian. Makin ke sini, makin banyak kok orang yang berkarya atas rasa dan pengalaman mereka pada suatu hal. Misalnya saja, dengan membuat ilustrasi atau komik yang bercerita tentang kekecewaanmu itu tapi menggunakan bahasa yang lebih halus atau bisa juga dengan sarkasme. Bisa jadi, kamu akan semakin dikenal dengan karyamu yang bergaya nyeleneh, lho.

5. Mengeluh akan membuatmu kesepian dan berhenti mencari solusi

Via Freepik.com

Banyaknya jumlah likes pada postingan yang kamu buat di akun media sosialmu gak menandakan bahwa apa yang kamu katakan di media sosial lantas disetujui banyak orang, sesuai dengan jumlah likes yang ada. Bisa jadi, mereka hanya menyukai foto yang kamu ambil atau video yang kamu rekam, dan bukan terfokus pada keluhanmu yang apalagi ditulis dengan panjang lebar. Biasanya, dengan kondisi seperti itu kamu kerap menganggap bahwa ada banyak orang yang mendukungmu berdasarkan keluhan yang kamu sebarkan. Setelah kamu merasa puas dan setidaknya senang, karena ada beberap orang yang seakan-akan menyukai unggahanmu di media sosial, kamu lantas mengira bahwa masalahmu selesai sudah. Nyatanya, kamu harus menghadapi hari esok dimana kamu harus menjalani rutinitas yang mungkin saja memunculkan kembali kekecawaan yang pernah kamu keluhkan sebelumnya. Jika kamu terbiasa mengeluh tanpa mengenal waktu, lalu di kesempatan berikutnya belum ada satupun orang yang memberikan jempolnya untuk statusmu di media sosial itu, maka kamu akan menggunakan cara lain, misalnya dengan memanipulasi keadaan sehingga apa yang kamu keluhkan itu bisa menarik perhatian khalayak di media sosial.

Padahal, apa yang kamu lakukan itu sebenarnya adalah perbuatan menipu. Saking kamu merasa gak ada lagi orang yang menyisakan jempolnya pada statusmu, kamu seakan-akan merasa kesepian dan perlu melakukan berbagai cara, hingga cara terburuk pun, yang penting tujuanmu untuk memuaskan hasrat dan emosimu sendiri dapat terwujud.

Anyway, yang mesti kita tanamkan dalam memori dan pikiran kita adalah bahwa media sosial hanyalah tempat untuk mencari data, bukan sebagai tempat untuk mengadu dan mengeluh. Bahkan kita bisa mencari cara untuk mengatasi kekecewaan di media sosial, dan bukan malah merusak fungsi media sosial sebagai sumber data menjadi gudang yang berisi segala keluhan kita yang tiada guna, girls. Yuk, kita sebarkan manfaat ke banyak orang di media sosial!

Siti Annisa

Bagian dari spektrum!

No Comments Yet

Comments are closed