Kenali Gangguan Bipolar Lewat 5 Cara Ini Sebagai Bentuk Support Bagi Orang yang Mengalaminya

Pendidikan tentang mental health khususnya bipolar di Indonesia memang cenderung belum dilakukan secara tepat. Namun setidaknya, sudah ada beberapa artikel, komunitas, seminar, dan beberapa kegiatan sharing, baik dari orang yang mengalami gangguan kesehatan mental itu sendiri maupun dari para caregiver, yang sedikit demi sedikit mulai muncul ke permukaan, nih. Meskipun belum terlalu kuat dan gak mudah meresap di benak banyak orang, tapi setidaknya kita bisa mulai peduli sama orang yang mengalami gangguan ini.

Via Freepik.com

Seringkali orang-orang yang mengalami gangguan bipolar dianggap aneh, berbeda, bahkan mendekati kata-kata yang cukup tidak welas asih, seperti gangguan jiwa dan menderita. Bisa dimafhumi sih girls, jika si pemakai kata-kata memang gak memiliki pengetahuan yang cukup tentang mental health. Padahal penderita gangguan ini memerlukan rangkulan kita agak enggak merasa sendirian, lho. Ulasan di bawah ini bisa membantu kita mendukung para teman kita yang mengalami gangguan ini.

Cari tahu apa itu bipolar dan jangan malu konsultasi kepada profesional

Mungkin selama ini kita sendiri pun gak sadar, kalau diam-diam ada gangguan dalam tubuh kita. Atau bisa juga, ketika ada sesuatu di dalam tubuh yang seakan-akan membuat kita gak nyaman, biasanya kita hanya menduga-duga, mendiagnosis sendiri dengan bantuan artikel di media sosial. Lalu, jika sudah gak merasakan adanya gangguan itu, kita pun langsung melupakannya. Menganggapnya sebagai hal biasa atau hanya kekhawatiran yang berlebihan.

Padahal, kita benar-benar gak memahaminya secara konkrit. Apa yang kita ketahui dan pahami dari artikel hanyalah keabstrakan yang diperoleh dari olah pikir sendiri, bukan dari hasil diskusi dengan seorang ahli. Untuk itu kita membutuhkan bantuan profesional, dalam hal ini psikiater dan psikolog yang bisa memahami dan memberikan penjelasan yang pasti tentang gangguan kesehatan yang kita alami.

Seperti yang dikutip dari laman website National Institute of Mental Health, “Gangguan bipolar, juga dikenal sebagai penyakit manik-depresif, adalah gangguan pada otak yang menyebabkan perubahan suasana hati, energi, tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melakukan tugas sehari-hari yang tidak biasa.” Artinya, gangguan ini memang menyerang psikis seseorang, hingga akhirnya juga memengaruhi fisiknya ketika sudah berada pada tingkat aktivitas yang berlebihan. Gangguan bipolar ini memiliki 2 episode, yaitu manik dan depresi. Seseorang akan merasa suasana hatinya “naik” dan bersemangat melakukan berbagai kegiatan, itulah yang disebut dengan episode manik. Sementara, episode depresi adalah ketika suasana hatinya berubah menjadi “turun” dan merasa gak ingin melakukan apapun, cenderung lemas, dan gak bergairah.

[su_box title=”Editor’s Pick:”]

[/su_box]

Gejala dan faktor yang sering diabaikan, tapi bisa jadi menyebabkan gangguan bipolar jadi berkembang

Via Freepik.com

Beberapa gejala bipolar disorder yang biasanya kita abaikan seperti mood swing atau naik turunnya suasana hati yang sering berubah-ubah secara drastis. Misalnya saja, tiba-tiba kita merasakan bahagia yang membuat kita semangat melakukan apapun, merasa antusias, bahkan menjadi lebih kreatif. Lalu, beberapa waktu kemudian dengan sedikit jeda, kita tiba-tiba merasa murung, sedih, kesal, marah, kecewa, dan gak ingin melalukan kegiatan apapun. Kamu pernah merasakan hal itu, girls? Jika pernah, tunggu dulu, kamu gak bisa begitu saja mendiagnosis apa yang kamu alami. Sebab, ada juga kondisi lain yang gejalanya hampir mirip dengan gejala gangguan bipolar ini, yaitu hipotiroid dan hipertiroid. Maka, kamu tetap harus mengonsultasikannya kepada profesional untuk memastikan kondisi yang sebenarnya.

Nah, ketika kamu sudah mendapat pemeriksaan yang tepat, kamu juga akan mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih dalam untuk menjauhi penyebabnya. Di beberapa artikel yang ada di internet, belum diketahui dengan jelas dan pasti apa penyebab gangguan bipolar ini, girls. Namun, para ilmuwan sedang mempelajari kemungkinannya. Sebagian besar berpendapat bahwa tidak ada penyebab tunggal. Melainkan, ada kemungkinan beberapa faktor yang saling berkaitan seperti hal-hal yang memengaruhi fungsi otak, faktor genetika yang diturunkan dari orang tua atau saudara kandung, juga pengaruh lingkungan yang misalnya saja menyebabkan seseorang stres atas kejadian yang membuatnya trauma.

Bipolar disorder bisa terjadi pada siapa saja, lebih sering pada remaja, baik perempuan maupun laki-laki

Dilansir dari laman National Alliance on Mental Illness, gejala gangguan bipolar ini bisa muncul pada usia rata-rata 25 tahun, remaja, dan hampir pada usia anak-anak, baik terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Yang menjadi persoalan kemudian adalah karena gejala ini sudah muncul sejak usia anak-anak hingga remaja, perubahan suasana hati yang fluktuatif seringkali dianggap sebagai hal yang biasa dialami para remaja yang hampir selalu diidentikkan sedang mencari jati diri.

Padahal, bisa saja mereka mengalami cyclothymia, yaitu bentuk kurang ekstrim dari gangguan bipolar dengan tanda-tanda depresi ringan, dan bukan berarti kondisi ini gak bisa berlanjut menjadi gangguan bipolar pada remaja. Jika kondisi seperti itu gak segera disadari dan ditangani, orang yang mengalami gangguan ini akan mengalami resiko yang lebih berbahaya dan fatal akibatnya. Bahkan sampai ada yang harus dibawa ke rumah sakit dulu sebelum benar-benar diperiksa oleh psikiater atau psikolog.

Memiliki gangguan bipolar tetap bisa berkarya, tetap bisa bermanfaat bagi banyak orang

Via Freepik.com

Sering kita jumpai di beberapa artikel di media, bahwa orang-orang yang mengalami gangguan ini masih bisa berkarya dan gak menghentikan langkah mereka untuk berkreasi. Beberapa dari mereka juga gak sungkan untuk membagikan pengalamannya. Karena seringkali bagi mereka pengenalan tentang mental health ini penting untuk diketahui orang lain, baik yang memiliki gejala yang sama, maupun yang terkesan normal-normal saja, agar gak perlu terjadi penanganan yang terlambat dengan resiko yang lebih berat.

Tapi, bukan berarti pula, ketika mereka berada dalam episode manik yang bisa membuat kondisi mereka lebih bersemangat melakukan kegiatannya hingga lupa waktu bahkan lupa kondisi diri, kita lantas memanfaatkannya untuk berkarya sebanyak mungkin. Berusahalah menjauhi pikiran untuk memanfaatkan episode manik mereka agar melakukan banyak aktivitas. Sebab, jika hal itu gak terkondisikan dengan baik, gangguan itu juga akan memengaruhi kesehatan fisik mereka, seperti kelelahan, dan sebagainya.

Sudah saatnya girls, kita gak membuat stigma negatif, lemah, dan seolah-olah berpenyakit kepada orang-orang yang mengalami ini.

Berhenti menyebut kata “menderita” untuk orang-orang yang mengalami gangguan bipolar

Via Freepik.com

Siapa saja bisa mengalami gangguan bipolar ini. Maka, kamu gak perlu melakukan judgemental terhadap yang mengalaminya, girls. Kamu juga semestinya merangkul mereka secara gak berlebihan, usahakan untuk tidak terus menerus menyinggung bahw orang-orang dengan gangguan bipolar ini harus diurus, harus dikasihani, harus dijadikan seseorang yang berbeda. Lebih dari itu, mereka sebenarnya memilki kemampuan yang baik untuk mengurus diri, hanya saja ketika episode manik berubah jadi depresi, dan sebaliknya, mereka tetap membutuhkan kehadiran seseorang untuk menemaninya dan membantunya untuk tetap awas. Maka untuk selanjutnya, ada baiknya kamu harus menjadikan orang yang mengalami gangguan ini layaknya manusia biasa yang sama denganmu. Manusia yang berhak melakukan apa saja, menyetujui apa saja, menyukai apa saja, dan berhentilah menganggapnya berbeda.

Pemilihan kata untuk membagikan kisah orang-orang yang mengalami bipolar disorder ini juga haruslah tepat, gak menyudutkan, gak merendahkan, apalagi berisi judgemental. Sebab, sebagaimana keinginan setiap manusia pada umumnya, mereka juga ingin dihargai. Sementara itu, untuk orang-orang yang mengalami gangguan ini, ada baiknya untuk tidak menganggap diri lebih spesial dari yang lain. Bersikaplah secara normal saja, sebagaimana adanya. Jauhi penyebabnya dan dekati orang-orang seperti biasa, gak perlu secara berlebihan. Sebab, jika kamu saja sudah menjadikan ini sebagai drama, orang lain pasti akan menganggapmu seseorang yang perlu diperhatikan secara khusus.

Mencari tahu dan memahami isu tentang mental health ini adalah kegiatan yang sangat bermanfaat, girls! Pertama, bermanfaat untuk dirimu sendiri, sebab kamu jadi tahu bagaimana kondisi psikismu yang sebenarnya. Kedua, kamu pun bisa membagikannya kepada temanmu, dan mengajak temanmu untuk meningkat awareness pada kesehatan mentalnya. Kalian juga bisa saling berbagi pengalaman dan saling mendukung. Sedangkan, dua hal yang harus selalu diingat adalah bersikaplah secara adil kepada tubuhmu dengan memedulikan kesehatan fisik dan psikis, juga bersikaplah yang adil kepada sesama manusia dengan menjauhi stigma dan prasangka negatif.

Siti Annisa

Bagian dari spektrum!

No Comments Yet

Comments are closed