Biar Gak Salah Ucap, Yuk Ketahui Bentuk-Bentuk Seksisme yang Jarang Disadari!

Jika ada yang menganggap kamu terlalu sensitif karena kamu adalah seorang perempuan, apa yang kamu rasakan, girls? Apakah menurut kamu hal tersebut wajar-wajar saja? Atau kamu tersinggung karena gak merasa demikian? Meski ujaran-ujaran sejenis itu terbilang umum didengar, tapi bukan berarti hal ini wajar dan bisa dibenarkan, lho. Termasuk dalam salah satu bentuk seksism, tindakan seperti itu harus mulai kita hentikan, nih. Tapi sebelum kita bahas lebih lanjut, pahami dulu apa sih, seksism itu sendiri?

Merupakan tindakan diskriminatif yang biasanya berupa sindiran, ejekan, atau perilaku menyepelekan dengan menggunakan kata-kata atau ucapan, seksism tidak hanya menjadikan perempuan sebagai objeknya, tapi bisa dialami oleh laki-laki juga, lho. Gampangnya, ketika seseorang didiskreditkan atas dasar jenis kelaminnya, maka secara tidak langsung ia telah menjadi korban seksism. Mau tahu seperti apa bentuk seksism yang biasa kita temukan sehari-hari? Baca ulasannya di bawah ini, yuk!

1. Melarang teman laki-laki menangis

Via Freepik.com,

Pernah gak sih girls, kamu mendengar seseorang berkata, “Duh, jangan cengeng gitu dong, kayak cewek aja deh!”? Biasanya, larangan ini ditujukan kepada teman laki-laki yang seakan-akan harus selalu kuat ketika menghadapi ujian hidup. Dalam larangan tersebut, pelaku seksisme memberi penilaian bahwa perempuan itu cengeng dan itu merupakan sifat yang lemah. Dengan kata lain, laki-laki dilarang menangis karena menangis adalah perbuatan yang lemah yang biasa dilakukan perempuan.

Padahal, seperti yang dikutip dari Medical Daily, air mata yang dikeluarkan ketika menangis memiliki banyak manfaat seperti melepaskan toxin, meningkatkan fungsi penglihatan, meningkatkan mood, meredakan stres, dan mampu membantu meningkatkan komunikasi lho, girls! Jadi, siapapun berhak menangis, dan menangis bukanlah kelemahan. Itu artinya, melarang dan menganggap lemah seseorang yang menangis adalah sebuah kesalahan.

2. Menganggap perempuan lebih sering terbawa perasaan (baper)

Baper adalah akronim dari terbawa perasaan. Sifat ini seringkali diidentikkan dengan sifat manusia yang terlalu dikontrol oleh perasaannya ketika berinteraksi dengan orang lain. Nah, gagasan yang menganggap bahwa perempuan lebih sering terbawa perasaan, dibanding laki-laki yang dilahirkan dengan rasionalitas adalah salah satu bentuk seksism yang sering kita dengar, lho. Perbandingan antara perasaan dan

Artinya, dalam hal ini perempuan seringkali dianggap lemah hanya karena perasaannya mudah tersentuh dan laki-laki adalah pihak yang kuat karena segala sesuatunya harus dipikirkan secara logis. Padahal, fakta yang sebenarnya adalah perempuan dan laki-laki menghadapi situasi emosional mereka dengan reaksi yang berbeda. Jadi, menjadi baper bukanlah suatu kelemahan, girls. Setiap orang berhak dan bisa saja untuk tersentuh perasaannya, dan itu bukan suatu kesalahan.

[su_box title=”Editor’s Pick:”]

[/su_box]

Kamu ngupas-ngupas bawang? Hahahahaha itu kan pekerjaan perempuan!

3. Menertawakan laki-laki yang membantu perempuan dalam mengurus rumah tangga

Via Freepik.com

Ada kalanya ketika seorang anak laki-laki yang sedang membantu ibunya memasak di dapur, atau seorang suami yang meringankan beban istrinya ketika memasak malah diolok-olok dan ditertawakan. Seakan-akan, memasak adalah kegiatan perempuan yang gak boleh dilakukan laki-laki. Seolah-olah, laki-laki yang memasak adalah sebuah keanehan dan gak patut diwajarkan.

Padahal siapa saja berhak melakukan kegiatan apa yang diinginkannya, termasuk laki-laki yang mengerjakan pekerjaan perempuan dan sebaliknya. Lagipula, mengupas-ngupas bawang untuk membantu seseorang bukankah termasuk perbuatan yang terpuji? Justru, laki-laki yang bersedia membantu ibu atau istrinya di dapur adalah laki-laki yang patut diacungi jempol, girls!

4. Menilai perempuan gak perlu sekolah tinggi dan bekerja di luar

Secara kodrat laki-laki memang memiliki tanggung jawab yang lebih besar sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Tapi hal ini bukan berarti bisa dijadikan alasan untuk membatasi perempuan mencapai potensinya secara optimal dengan memiliki kesempatan yang sama. asalahnya, menilai perempuan agar gak usah sekolah tinggi dan bekerja di luar rumah adalah hal yang gak masuk akal. Sebagaimana laki-laki, perempuan juga memiliki cita-cita setinggi langit yang ingin diwujudkannya. So, ia juga berhak mendapat pendidikan seperti yang ia harapkan dan menjadikan pendidikan sebagai dasar dari pemikiran bijak, yang bisa ia tanamkan kelak ketika menjadi seorang ibu, atau sebagai manusia yang bisa mendedikasikan dirinya untuk negara. Lagipula, memiliki pasangan perempuan yang sukses bukan ancaman buat eksistensi laki-laki, lho. Malah itu bisa menjadi pelengkap dalam sebuah rumah tangga agar ilmu yang diberikan pada anak-anaknya menjadi semakin lengkap.

5. Membatasi kegiatan perempuan agar gak pulang malam hanya karena dia perempuan

Via Freepik.com

Hanya karena kamu perempuan dan dianggap penakut, seringkali membuat kamu dilarang pulang malam. Bukannya demi keselamatan, nasihat seperti ini biasanya juga ditujukan dengan dasar pandangan bahwa perempuan itu lemah, dan merepotkan kalau-kalau minta dijemput.

Dengan membatasi kegiatan perempuan yang sedang menggeluti kesenangannya, malah akan membuat perempuan atau siapapun berontak, girls! Daripada kamu sibuk membatasi atau melarang aktivitas seseorang, ada baiknya kamu memberikan solusi yang tepat, agar orang yang kamu nasehati itu tetap bisa berkegiatan sesuai dengan kesukaannya dan tetap terlindungi keamanannya!

6. Mengejek laki-laki gak jantan jika dibantu perempuan

Via Freepik.com

Kalau dipikir-pikir, apa salahnya sih girls, jika ada laki-laki yang ditolong perempuan? Seperti pada poin 3, setiap manusia itu dilahirkan untuk saling tolong-menolong dan menghargai. Jadi, kenapa hal seperti ini dipermasalahkan? Gak ada standar pasti yang mengharuskan laki-laki agar bisa mengendarai sepeda motor atau kendaraan yang lain. Gak ada pula standar tepat yang mengharuskan laki-laki jago berantem agar gak perlu ditolong perempuan. Mindset laki-laki jantan adalah yang lebih kuat dari perempuan itu mesti diubah.

Mungkin, akan lebih baik jika kita mau legowo menerima kenyataan bahwa makin kesini makin ada banyak perempuan yang mampu melindungi dirinya sendiri bahkan menolong orang lain, termasuk laki-laki. Begitupula dengan laki-laki yang dalam keadaan susah payah lalu ditolong perempuan, bukan berarti dia adalah laki-laki yang lemah. Ada masanya seseorang berada dalam kekuatan dan kelemahannya yang sulit ditangani. Maka, kita gak perlu mengejek apalagi membandingkannya.

Diskriminasi adalah hal yang harus kita buang jauh-jauh, girls. Kalau kamu gak mau didiskriminasi, maka janganlah mendiskriminasi orang lain. Baik perempuan maupun laki-laki, keduanya memiliki sisi kuat dan lemah yang dialami secara berbeda. Semestinya, kita perlu menanamkan dalam otak dan hati, bahwa gak ada yang lebih kuat di antara perempuan dan laki-laki. Sebab, jika salah satunya menganggap diri lebih kuat, maka akan semakin sulit negeri ini menemukan keharmonisannya.

Siti Annisa

Bagian dari spektrum!

No Comments Yet

Comments are closed